Kamis, 30 Oktober 2008

SILSILAH DATUK LENGGOK

Nama lengkapnya adalah Kiagus Haji Nanang Hasanuddin (1856-1923) bin Kiagus Muhammad Ajir bin Kiagus Maun bin Kiagus Haji Machmud bin Kiagus Haji Tohir bin Kiagus Ngabegi Ganjahnata. Lahir pada tahun 1856 di kampung 4 Ulu Laut Sungai Semajid sekarang menjadi Lorong Firma Haji Akil No. 159 RT.13 RW 04 Kecamatan Seberang Ulu 1 Palembang, rumah ini sudah dua kali mengalami perbaikan dan tempat tersebut ditungguhi oleh AB Nungtjik alias Kak. BO.
Pada usia 21 tahun beliau menikah dengan misannya sendiri Nyayu Maleha alias Nyayu Ningdep binti Kiagus Haji Rauf bin Kiagus Haji Abdurrahman bin Kiagus Haji Latif, dimana Nyayu Maleha masih berusia 14 tahun dengan mas kawinnya 60 ringgit. Wakil akad tolcah oleh Kiagus H. Rozali pada tanggal 21 Zulhijjah 1295 H, kira-kira pada tahun 1878 H.
Datuk Lenggok sejak umur kira-kira 2 tahun telah menjadi yatim kemudian dipelihara oleh Wandanya Kiagus M. Toha yang berprofesi sebagai ketib (khotib penghulu) dan beliau tidak mempunyai saudara.
Dimasa hidupnya kerajaan Palembang Darussalam yang barn saja dikalahkan oleh Belanda didalam suatu peperangan yang panjang yang diakhiri dengan dibuangnya Sultan Mahmud Badaruddin II pada tahun 1821 ke Ternate pemerintahan Hindia Belanda lxrupaya untuk membangun terutama perdagangan dan menggali pontensi :alam Sumatera Selatan yang kaya dengan bahan gall= pertambangan dan pertanian serta kehutanan yang memberi kesempatan kepada Datuk Lenggok yang masih muda belia ini untuk berkiprah didunia perdagangan.
Didalam waktu singkat beliau menjadi seorang usahawan yang berhasil terutama didalam mengembangkan alur perdagangan melewati sungai yang membentang di Sumatera Selatan. Dengan kongsinya untuk mengembangkan usahanya beliau menggerakkan Kapal Ruda Lambung (Hekwhiller) secara rutin melayari anak-anak sungai Musi, diantarnya Sungai Lematang, Sungai Rawas dan Sungai Kelinggi. Dari Palembang kapal itu mengangkut bahan bangunan dan bahan pangan, sedangkan dan huluan mengangkut hasil perkebunan dan kehutanan.
Dengan kejelian beliau membangun pangkalan kapal Roda Lambung di Muara Enim yang bernama Tanjung Periuk dekat jembatan gantung sekarang ini, yang membuat Kota Muara Enim menjadi ramai. Apalagi pada saat itu Pemerintahan Hindia Belanda barn zrembangun jalur kereta Api yang berakhir dikota Muara Enim yang berawal dari Kertapati, lehingga alur sungai menjadi altematif yang kompetitip bagi dunia perdagangan.
Selain atas inisiatif beliau pula mengusulkan kepada pengusaha Belanda pada saat itu iComelir) untuk membangun sebuah pelabuhan kapal sungai disebuah lokasi agak lebih ke'hilir dan Muara Beliti yaitu dengan sebutan Muara Kelinggi. Usul itu beliau sampaikan kepada pengusaha berdasarkan pengalaman praktis beliau dari tata geografis sangatlah netazuntungkan untuk pelabuhan kapal sungai akan dapat membuat kota itu menjadi ramai dan berkembang secara pontensial.
Pemerintah Hidia Belanda semangkin mengembangkan dunia usaha perdagangannya maka dilanjutkan pula membangun jalan kereta api dari Muara Enim Ke Lubuk Linggau, iengan dibukanya jalur kereta api tersebut secara otomatis perekonomian maju pesat yang meiewati jalur darat sampai sekarang kota tersebut menjadi ramai bahkan sekarang ini kota —but menjadi penghubung Tran Sumatera kota tersebut lebih terkenal dengan sebutan KOTA ADMINISTRATIP LUBUK LINGGAU.

Dengan kejelian beliau Datuk Nang Lenggok secara cepat pula mengembangkan usahanya dikota Lubuk Linggau yang berjarak 70 KM dari kota Muara Kelinggi, sampai sekarang ini keluarga dari Datuk Nang Lenggok menyebar dibeberapa tempat diantara sampai ke Muara Rupit diantara anak Datuk Nang Lenggok yang tinggal di Muara Rupit yaitu dan Isteri ke enam yang bernama Nyayu Ningcek (1914 yang bersuamikan dengan Kiagus Nangyu, Nyayu Ningcek pekerjaannya sebagai dukun beranak, sedangkan suaminya bekerja sebagai nakok para dan mendapat 3 anak yaitu : Nyayu Cek Elok, Nyayu Halimah dan Kiagus M. Toha (sekarang ini pekerjaannya sebagai Masinis Kereta Api dan tinggalnya di Kota Lahat).
Mengingat Datuk Nang Lenggok sebagai pengusaha muda yang tampan dan berhasil wajar saja kalau beliau pada masa hidupnya banyak yang menyenanginya termasuk wanita¬wanita cantik, sehingga ia memeiliki enam orang istri yang tentunya sesuai dengan syariat Islam istri tersebut tidak melebih dan empat pada suatu masa, namun ia beristri tersebut terlebih dahulu isteri yang pertamanya meninggal dunia dan seterusnya, pada prinsip ia beristeri tidak melebihi dari empat isteri.

(100 % disadur dari Tulisan/Buku Mang "U" (Ir. Kgs.Oejang Oemar, M.Sc. Dosen di Palembang dan Candidat Doktor di UNJ )

Tidak ada komentar: