Kamis, 30 Oktober 2008

ASAL MUASAL SILSILAH KIAGUS DI PALEMBANG

oleh KMC. Marzuki Rahman AI-Haj

Cerita ini penulis terima buat pertama kalinya, dari nara sumber MASAGUS ABDUL HALIM, seorang Purnawirawan PELTU TNI-AD dan anggota Veteran Pejuang Republik Indonesia dan seorang pengamat sejarah Palembang, pada tahun 1985, dirumahnya di 17 Ilir Mesjid Lamo Palembang. Kemudian sedikit Informasi tambahan dari perantau Palembang yang sudah turun temurun berada di KOTA AGUNG LAMPUNG (sekarang Tanggamus) Al¬Ustazz KIAGUS HAJI HASANUDDIN, seorang pesiunan guru Agama Islam, yang informasi dan al-Ustaz ini penulis peroleh pada tahun 1989 ketika penulis SOWAN dirumahnya di kelurahan Sinar Madang Kecamatan Kota Agung Lampung. Kemudian cerita kedua orang sesepuh Wong Palembang tersebut, bare penulis merasa picas dan yakin, ketika pada tahun 1992, ananda yang tercinta KIAGUS MUHAMMAD WAJDI, diakhir hayatnya, pernah SOWAN langsung ke Negeri leluhur kita yaitu DEMAK Bintaro dan sempat ziarah ke makam makam Sultan Demak, berbicara secara langsung dan tidak langsung dengan juru kuncen Mesjid Agung Demak dan secara menyakinkan, sang juru kuncen mengatakan, bahwa anda (maksudnya ananda Farid) adalah salah seorang dan keturunan Keraton Demak, dan memang benar Wong-wong Palembang yang berdarah Kiagus dan Kemas adalah keturunan Keraton Demak. Bahkan Sang Juru Kuncen yang sekaligus Ketua DKM Mesjid Agung Demak mengatakan bahwa anda adalah zuriat yang ke.11. dari Pengeran Fathullah.
Apa yang penulis terima dan 3 oarng nara sumber yang tersebut diatas pantas kita syulcuri, karena dia termasuk sebagian dati nikmat-nikmat yang diberikan. Allah kepada kita sekarang ini melalui ke 3 mendiang almarhum tersebut, semoga Allah s.w.t selalu memberikan pengampunan dan tempat yang terindah bagi ke 3 nara sumber kita itu dialam barzahnya, Amin, Amin, ya robbal alamin.
ASALNYA :
Kiagus asalnya KIBAGUS, singkatan dan Kiai Bagus, sebuah gelaran yang diberikan Sultan Demak pada seorang Ulama asal negeri Arab yang bernama ABDURROHMAN bin Pengeran FATHULLAH, sehingga is dipanggil Kiai Bagus Abdurrohman bin Pangeran FATHULLAH.
Setelah Kiai Bagus nikah dengan seorang salah seorang keluarga Keraton juga diberi gelaran BODROWONGSO (ada versi lain BONDOWONGSO) dan isteri Kiai Bagus dipanggil dengan sebuatan NYAI AYU, disingkat NYIAYU, dan di Palembang sering disebut dengan NYAYU. Kiai Bagus Abdur Rohman ini mempunyai seorang Kakak kandung yang juga berprofessi sebagai Al-Ustaz, yang bernama KIAIMAS ABDUL AZIZ bin Pengeran Fathullah, yang kelaknya keturunan Kiai Mas ini bergelar KIMAS dan di Palembang dikenal dengan initial KEMAS, isterinya bergelar Nyai Mas disingkat NYIMAS.
HIJRAII KE PALEMBANG
Pada waktu terjadi perebutan kekuasaan dilingkungan Kerajaan Demak dan perpecahan dengan Pajang, banyak priyayi-priyayi tanah Jawa ini tidak mau melibatkan diri, dan mereka memilih untuk HIJRAH ke PALEMBANG, tempat negeri leluhurnya RADEN FATAH dilahirkan dan dibesarkan dan memilih Palembang ini, karena dinilai tempatnya aman dan tenteram, dan jauh dad pusat perebutan kekuasaan.
Pada tahun 1547 (pertengahan abad 16), Pengeran Sedo Ing Lautan memi. rombongan Muhajirin, yang didalam rombongan ini terdapat Kiai Bagus Abdur Rohman dan Kakaknya Kiai Mas Abdul Aziz dan juga ikut isterinya Nyai Ayu membawak serta 5 orang

anak-anaknya. Di Palembang dimasa itu, ada satuh pemerintahan yang sekarang setingkat KABUPATEN ang dipimpin oleh seorang Adipatih yang diangkat oleh Sultan demak. Karena Pusat Kerajaan dalam keadaan kisruh dan tak menentu, maka atas permupakatan priyayi-priyayi dari tanah Jawa ini, ditingkatkanlah pemerintahan seberang lautan sebagai OTONOMI khusus yang mengatur diri sendiri, dan hubungan ke Jawa hanyalah bersifat simbolis belaka. Dibawah pimpinan seorang Adipatih yang berkuasa penuh dinegeri Palembang, pemerintahannya kayaknya seperti sebuah kerajaan, dengan struktur-struktumya seperti sebuah kerajaan.
Kiai Bagus Abdurrohman yang professinya sebagai Da' i, tetap ditugaskan sesuai dengan professinya, dan dapat kepercayaaan berdakwah dan meng-Islamkan masyarakat wilayah BANYU ASIN, khususnya dilingkungan MARGA TANJUNG LAGO. Menurut informasinya, Kiai Bagus Abdur Rohman selama di Palembang, dikaruniai Allah 4 orang anak lagi, dan anak yang keenam yang lahir di Palembang sesudah tahun 1547 itu bernama JAKFAR SHODIO yang sekaligus mewarisi ayanda nya MAI, BAGUS dalam missi dakwanya. Walaupun bertugas di Tanjung Lago, tapi Kiai Bagus dan anaknya Jakfar Shodiq ini tinggalnya di Kampung Sako Kenten, dipinggiran kota Palembang.
KETURUNANNYA :
- Berdasarkan penelitian dan mendengar cerita-cerita para sesepuh Wong KIAGUS di Palembang dan di Uluan, bahwa pada umumnya Wong-wong keturunan KIAGUS ini adalah berprofessi sebagai agamawan, rohaniawan dan bekerja di Kerajaan dibidang Kepenghuluan,. dan pada umumnya mereka-mereka ini dipanggil oleh masyarakat dengan sebutan Kiai, Al- Ustaz, Syekh, Khalifah dan ada juga yang bergelar Ngabehi.
Kiai Bagus Abdur Rohman wafat di Palembang dipengujung abad ke 16, dan dimakamkan di perkuburan Raja-raja Palembang di 1 Ilir Palembang. Diatas sudah dijelaskan, bahwa pada umumnya Wong-wong keturunan Kiagus ini sangat senang dengan Ke-Agamaan, walaupun mereka tidak disebut Kiai dan al-Ustaz, tapi paling tidak mereka jadi DONATUR untuk menunjang kegiatan-kegiatan keagamaaan ditempatnya berdomisili.
Hal ini kita kemukakan,bukan berarti kelompok-kelompok kurang senang dengan keagamaan, pada perinsifnya sama, sebagai seorang muslim, mereka-mereka itu semua cinta dengan keagamaan yang mereka anut.
Sebagai contoh, yang banyak dimasyarakat, terutama di Batanghari Sembilan dan sekitamya, yaitu dan silsilah yang menurunkan penulis.
1. Kiai Bagus Abdur Rohman bin Pengeran Fathullah, sudah jelas, selama lebih kurang 30 tahun berada ditengah-tengah lingkungan Keraton Demak, sebagai Guru Agama Islam.
2. Kiai Jakfar Shodiq, juga seorang guru agama, Dai disamping juga sebagai seorang pengusaha, guru silat, penggerak sosial dan pembina pertanian, yang type seperti ini bisa kita sebut ULAMA yang all round, serba bisa.
3. Kiai Ahmad, juga pewaris dan ayanda dan datuknya, bekerja dibidang keagamaan dalam linglcungan keraton Palembang baik dimasa Ke-Adipatihan, maupun dimasa ke Sultanan.
4. Kiagus Muhammad Nuruddin, juga seorang yang mengabdikan dirinya sebagai karyawan Departemen Kepenghuluan pada Keraton Kesultanan Palembang.
5. Kiagus Kuncit yang namanya tidak terditeksi, beliau adalah pendiri Kampung JENENG 2 Ulu, dan beliau mempunyai sebuah majelis Taklim yang banyak didatangi oleh Santri-santrinya baik yang tinggal di Palembang, maupun dam Uluan, diantara santrinya ada yang berasal dari LINTANG EMPAT LAWANG,
yaerajurung kemudian menjadi isterinya yang ke 3, yang dinikahinya, ketika beliau sudah berusia 60 tahunan. Sungai SINTEREN adalah saksi bisu, yang menjadi tempat tambatan perahu pada santri-santri yang berdatangan sehingga kemudian anak sungai Musi ini diberi nama SUNGAI SINTEREN sampai sekarang namanya masih diabadikan. Kiagus Kuncit yang kharismatik wafat pada tahun 1836 dikebumikan di Jambangan Talang Keranggo Palembang, dengan meninggalkan 4 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan, satu diantaranya bernama Kiagus Muhammad Thosin pada usia 3 tahun ayandanya meninggal dunia.
6. Kiagus Kuncung alias Kiagus Abdur Rohman yang hidup selama 1801-1885, anak tertua Kiagus Kuncit, juga tercatat sebagai Figur yang hebat dan mempunyai macam kelebihan, sebagai seorang Perajurit dan seorang ulama.. Kemudian is menyebarkan missinya menjadi Da'i diwilayah ABUNG Lampung Utara, dan bahkan adiknya Kiagus Agustjik diutus untuk berdakwah di Bukit Kemuning, sedangkan adiknya yang lain Kiagus Kumbawa berdawah di Gunung Sugih Lampung Tengah.
7. Kiagus Haji Muhammad Thosin, putera bungsu Kiagus Kuncit ini, setelah menjadi • yatim ditinggal ayandanya, kemudian ikut Ibunya kembali ke Lintang Empat Lawang, beliau besar dan dididik di Lintang dan Nikah dengan gadis Lintang dan kemudian menunaikan ibadah Rukun Islam ke 5 •bersama keluarga dan berangkat dengan kapal laut dan Palembang.

(100 % disadur dari Tulisan/Buku yang tulis oleh Ir.Kgs.Oedjang Oemar, MT. Dosen di Palembang, Candidat Doktor di UNJ)

Tidak ada komentar: